Sabtu, 25 Agustus 2007

Komoditas Dihindari, Layanan Didekati

Komoditas Dihindari, Layanan Didekati

PT Artho Ageng Energi, perusahaan swasta mitra kerja PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang penyediaan energi, tidak menyangka akan mengantungi uang senilai hampir setengah miliar rupiah (50.000 dollar AS) karena memenangi kontes solusi teknologi informasi atau TI yang diadakan IBM Indonesia, IBM IT Makeover Challenge.

Hadiah sebesar itu hanya untuk layanan yang diberikan IBM Indonesia, selain suite solusi TI yang terdiri dari perangkat keras, piranti lunak, serta sebuah ThinkPad dari Lenovo. Sedangkan pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan teknik, pelayanan energi untuk industri dan pemakai tenaga listrik potensial, pelayanan multimedia dan call center serta pembangkit.

IBM IT Makeover Challenge yang diikuti oleh 100 usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kontes untuk UKM yang kapasitas TI-nya sudah tidak memadai lagi dan berencana mentransformasikan arsitektur TI mereka untuk mengantisipasi pertumbuhan pada waktu mendatang. Kontes yang diadakan 8 Juni hingga 17 Agustus lalu itu baru diumumkan pada 14 November 2006.

"Inovasi adalah sentral strategi IBM di mana pun, termasuk IBM Indonesia. Kontes yang bermuara pada inovasi untuk para pelaku UKM itu hanya salah satunya," kata Presiden Direktur IBM Indonesia Betti Alisjahbana saat ditemui beberapa waktu lalu. IBM Indonesia yang sudah berdiri sejak 1937 itu, menurut dia, memiliki tiga nilai yang tetap dipertahankan, yakni dedikasi kepada klien, inovasi integral, dan tanggung jawab kepada konsumen.

"Dulu penggerak ekonomi adalah perusahaan besar. Sekarang penggerak itu ada pada perusahaan-perusahaan menengah dan kecil. Kami (IBM) punya minat yang sangat besar kepada UKM. Kami bekerja sama dengan berbagai partner untuk memberikan solusi bagi perusahaan-perusahaan UKM. Tantangan dari UKM adalah tidak mempunyai TI, modal terbatas, dan memerlukan satu solusi untuk diterapkan dalam waktu yang cepat," ujar Betti.

Dengan cara ini, kata Betti, IBM Indonesia selalu mendorong para klien untuk melakukan inovasi, karena perusahaan yang sudah dikenal dunia sejak 90 tahun lalu itu memiliki TI yang andal dan dengan sumber daya manusia TI yang siap membantu seluruh proses. Tidak aneh jika hingga kini perusahaan IT yang bermarkas besar di Armonk, New York, Amerika Serikat, ini terus bermitra dengan sejumlah perusahaan besar di Tanah Air, seperti Astra Honda Motor (AHM), PT Telkom, dan Bank Central Asia (BCA).

Sepeda motor

Di perusahaan AHM yang bergerak dalam industri sepeda motor, misalnya, IBM menyediakan kombinasi solusi perangkat keras dan piranti lunak yang memungkinkan para teknisi berinovasi dan selalu berusaha bekerja secara efisien. Sedangkan dengan BCA, IBM Indonesia membantu jaringan ATM. Adapun dengan PT Telkom, sebagaimana IBM India menggarap Bharti (perusahaan telekomunikasi swasta pertama India), memungkinkan PT Telkom berkomunikasi mudah dengan seluruh pelanggannya.

Bahwa IBM Indonesia, IBM India, dan IBM lainnya di seluruh dunia mampu menggarap cepat layanan TI di sejumlah perusahaan besar, kata Betti, itu karena IBM merupakan perusahaan yang globally integrated. Artinya, seluruh IBM beroperasi sama di seluruh dunia. Demikian juga inovasi internal IBM sama dilakukan di semua negara, karena memanfaatkan resources yang terbuka dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sumber daya di Indonesia, misalnya, tidak hanya memenuhi klien di Indonesia semata, tetapi juga menangani klien di berbagai negara. Menurut Betti, saat ini banyak tenaga terdidik IBM Indonesia tersebar di berbagai negara, misalnya banyak pakar TI IBM menerapkan human resources development (HRD) di negara-negara tetangga. Sementara itu ahli dari Singapura banyak membantu klien di bidang minyak di Indonesia. "Dengan cara ini batas negara tidak terlalu nyata untuk IBM," katanya.

IBM yang sejatinya menghasilkan alat-alat mesin kantor seperti komputer, server, storage, mainframe, dan bahkan PDA, dalam perkembangannya menghindari barang-barang yang sifatnya "produk" atau komoditas ini. Bahkan komputer pribadi dalam bentuk laptop pun sudah dijual kepada Lenovo. "Dulu orang berpikir inovasi itu adalah penemuan dalam bentuk produk semata. Sekarang inovasi lebih luas dari itu. Bisa dari bisnis permodalan sampai cara kami melayani klien. Bisnis kami adalah value. Inovasi itulah yang kami lakukan dalam IBM," papar Betti.

Untuk itulah IBM Indonesia "tidak bermain" di ladang personal computer, meski disadari bahwa belanja TI terbesar di Indonesia, yakni sebesar 50 persen, adalah belanja PC. Alasannya itu tadi, IBM di mana pun menghindari produk yang sifatnya komoditas, baik itu perangkat keras, piranti lunak, apalagi "benda" seperti PC yang bagi IBM sudah dianggap "masa lalu".

Meski demikian, sebagaimana dijelaskan Betti, dalam piranti lunak IBM memasang piranti lunaknya pada sejumlah produk kamera dan teknologi digital lainnya, seperti pada Nintendo dan Sony. Sedangkan dalam batas-batas tertentu, atas nama layanan kepada klien, pembangunan server, storage, dan mainframe masih tetap dilakukan.

Sebagaimana IBM India, IBM Indonesia tidak ragu menyebut Oracle sebagai pesaing utama mereka dalam hal pengembangan piranti lunak maupun layanan kepada klien. Namun, dalam bisnis TI, pesaing tidaklah hitam putih. Produk piranti lunak, perangkat keras, sampai layanan jasa, masing-masing punya cara untuk bersaing. Di bidang jasa, misalnya, sangat tergantung apakah persaingannya dalam penyediaan tenaga kerja berdasarkan integrasi atau outsourcing. "Kadang dalam bidang-bidang tertentu kompetitor malah menjadi partner. Ini terjadi pada Microsoft maupun Oracle," kata Betti.

Bagaimana IBM Indonesia menyiapkan sumber daya manusianya? Menurut Betti, pihaknya menyiapkan SDM dari bawah sekali. Setiap tahun karyawan atau teknisi IBM Indonesia diambil dari lulusan terbaik berbagai universitas. Mereka yang terjaring lantas dididik TI, bisnis, menjual, sekaligus melayani.

Para peserta didik baru diarahkan berdasarkan bakat untuk kemudian diarahkan ke mana area atau spesialisasinya di pendidikan lanjutan yang disebut IBM Global Campus. Cara yang dilakukan bisa belajar jarak jauh (distance learning) dengan modul yang sama di seluruh dunia, atau langsung belajar ke berbagai negara, tempat IBM mengembangkan spesialisasinya masing-masing. (PEP)

Tidak ada komentar:

Bibliography