Rabu, 05 September 2007

Ujian Akhir Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen dan e-business.

Makalah ini dibuat sebagai tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen dan e-business.

Carilah bahan di internet ataupun sumber-sumber lain untuk topik dibawah ini:

Soal 1
Strategi perusahaan kecil dan menengah (UKM) dalam mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi, sistem informasi, dan e-business-nya, terutama untuk meningkatkan kemampuan bersaing dan memasuki pasar ekspor di negara Asia dan Afrika. Berikan contoh perusahaan yang melakukannya (minimal 5 perusahaan). Klik disini untuk jawaban soal 1.

Soal 2
Pemanfaatan knowledge management system dalam perusahaan. Berikan contoh penerapannya minimal di 5 perusahaan. Klik disini untuk jawaban soal 2.

Jawaban Ujian Akhir Mata Kuliah SIMEB - Soal 2

Jawaban Ujian Akhir Mata Kuliah SIMEB - Soal 2

Dalam konsep manajemen pengetahuan (knowledge management / KM), ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit (dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk) dan pengetahuan tacit (sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain)(1). Definisi manajemen pengetahuan menurut wikipedia adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi(2). Kebanyakan perusahaan besar memiliki sumberdaya yang didedikasikan untuk KM, seringkali sebagai bagian dari departemen IT arau HRM(3). Knowledge Management System merupakan KM yang berbasis IT, berkaitan dengan pembuatan, pengambilan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dalam organisasi(4). Pengembangan logis dari konsep ini adalah untuk keseluruhan organisasi, berbentuk Enterprise Knowledge Management (EKM)(5). Masalah dalam mendefinisikan KM adalah bagian dari kekuatannya(6). Samuel Johnson mengatakan: "Knowledge is of two kinds. We know a subject ourselves, or we know where we can find information upon it."(7).

Program riset Most Admired Knowledge Enterprises (MAKE) dibuat oleh Teleos bersama KNOW Network di tahun 1998 untuk mengidentifikasi organisasi yang memberi nilai tambah pengetahuan enterprise dalam produk/jasa/solusi superior(8). MAKE dibuat berdasarkan metodologi riset Delphi, dimana sejumlah expert menanyakan beberapa pertanyaan spesifik dalam beberapa sesi(9). Teleos telah membuat delapan dimensi kinerja pengetahuan sebagai frameworknya(10), yang juga dikenal sebagai karakteristik MAKE(11). Sepuluh organisasi berbasis pengetahuan di Indonesia berhasil meraih 2006 Indonesian MAKE Award(12), yaitu Anugerah Argon Medica, Astra International, Bank Danamon, Bank Indonesia, Bank Niaga, Excelcomindo Pratama, Kelompok Kompas-Gramedia, Medco E&P Indonesia, Unilever Indonesia, dan Wijaya Karya. Contoh penerapan KM di perusahaan-perusahaan tersebut adalah adanya Field Force Team Knowledge Sharing di Anugerah Argon Medica(13), penggunaan Vallent’s performance management di Excelcomindo Pratama(14), kick off KM WIKA sebagai learning organization di tahun 2005(15), pengembangan knowledge workers di Bank Danamon(16), Training & Learning Program Bank Niaga(17) dan aktivitas RTKM ke-13 di Bank Niaga(18), Astra Management Development Institute di Astra International(19), serta keberhasilan Unilever Indonesia sebagai satu-satunya perusahaan dari Indonesia yang memperoleh Asian MAKE Award 2005 pada partisipasi pertamanya(20) dimana saat itu pemenangnya adalah Toyota Jepang(21).

Tidak hanya internal perusahaan, sharing KM juga dilakukan WIKA ke Kelompok Kompas Gramedia(22) dan Dexa Medica Melakukan Benchmarking KMS WIKA(23). Berita terbaru di bulan Agustus ini, Unilever Indonesia, Astra Internasional dan XL Menjadi Finalis 2007 Asian MAKE(24). Setelah sukses dengan 2 kali penyelenggaraan Indonesian Most Admired Knowledge Enterpise (MAKE) Study – studi tentang perusahaan berbasis pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia, Dunamis Organization Services tahun 2007 ini menyelenggarakan 2007 Indonesian Knowledge Management (KM) Conference & Workshop(25).

Selain perusahaan yang mengikuti kompetisi MAKE, banyak organisasi lain yang menerapkan konsep KM. Salah satunya adalah UGM, yang mengimplementasikan e-learning berbasis SCL diarahkan pada integrasi knowledge management system secara online(26). Sementara implementasi TI di perpustakaan British Council diharapkan akan mengembangkannya menjadi KLC (Knowledge and Learning Center)(27). Kemudahan memperoleh informasi akibat pesatnya teknologi informasi memberi dampak banyaknya informasi yang harus diseleksi agar sesuai dengan kebutuhan(28). Hal ini erat kaitannya dengan teknologi informasi yang saat ini mencoba untuk menjual konsep KM(29). KM merupakan suatu paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap manusia. Maka dari itu perlu dibangun suatu mekanisme penyebaran informasi dan pengalaman dari sumber daya manuisa yang ada agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di dalam suatu organisasi(30). Baru-baru ini (di akhir Juli 2007) Sampoerna School of Business and Management-ITB (Sampoerna SBM-ITB) mendirikan the Knowledge Management Society Indonesia (KMSI) di Jakarta(31). Perlu diwaspadai bahwa knowledge dan skill tinggi yang tidak disertai dengan komunikasi manajemen yang baik bisa menjadi hambatan dalam proses manajerial(32). Untuk implementasi KM di organisasi, perlu adanya kerangka perencanaan(33). Berbagai literatur KM dapat diperoleh melalui situs jamrud.com(34). Best practices dalam KM merupakan salah satu pokok bahasan pada Workshop on KM in Research and Technology Organization(35). Riset mengenai KM dapat menjadi kontibutor kunci untuk meningkatkan pengertian mengenai dynamic capabilities(36).

Dari www.knowledgeboard.com disebutkan bahwa intellectual capital dapat dipecah menjadi dua bagian, yaitu structural / organizational capital dan human capital(37). Sementara yang sering menjadi perdebatan dalam manajemen pengetahuan adalah isu mengenai content dan context pada pengetahuan tacit dan explicit serta the “stickiness” of knowledge(38). Artikel-artikel dalam situs ini tidak hanya mengenai teknologi, meskipun teknologi merupakan kunci dari manajemen pengetahuan(39).

Untuk menyimpulkan makalah ini, kita harus kembali pada tujuan utama KM Frameworks, yaitu untuk mengumpulkan berbagai KM berupa framework, model, dan metodologi dalam mendapatkan pandangan yang luas untuk mendukung implementasi KM(40).

Pada www.knowledgemanagementgateway.com terdapat sepuluh literatur terbaik mengenai KM(41), KM Techniques(42), serta kemampuan KM untuk merubah organisasi pada level baru dalam hal efisiensi, efektivitas, serta scope of operation(43). Knowledge merupakan suatu kebutuhan dalam organisasi(44) karena pengetahuan dapat mengarahkan organisasi tersebut menjadi andal, tetap exist/berkesinambungan dan berdaya saing(45). Onno W. Purbo dalam tulisannya To See A Knowledge Based Society in Indonesia(46) mengatakan bahwa level edukasi dan open system telah secara signifikan mempengaruhi society empowerment. Oleh karena itu, perlu dikembangkan perpustakaan berbasis konsep KM(47) seperti perpustakaan British Council yang telah dibahas diatas. Selain perpustakaan digital, sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Pengembangannya adalah dengan virtual university yang dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak(48), contoh penyedia layanan Virtual University ini adalah www.ibuteledukasi.com. Tidak disangkal lagi, hadirnya Internet telah menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga lainya(49).

Aktivitas terbaru di bidang KM adalah 2007 Indonesian MAKE Awards, dimana pemenangnya adalah Astra International, Bank Indonesia, Bank Niaga, Bina Nusantara, Excelcomindo, Medco Energi, ITB, Telkom, Unilever Indonesia, Wijaya Karya, dan United Tractors(50).



Bibliography Soal 2

  1. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) http://www.mabesad.mil.id/artikel/artikel2/310504manajemen_pengetahuan.htm
  2. Manajemen pengetahuan - wiki ID http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_pengetahuan
  3. Knowledge Management - wiki en http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_Management
  4. Knowledge Management System - wiki en http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_management_system
  5. Knowledge Management - ittoolbox http://wiki.ittoolbox.com/index.php/Knowledge_Management
  6. The place to explore and learn KM http://kmwiki.wikispaces.com/KM+introduction
  7. Knowledge Management (KM) - Collecting, Leveraging, and Distributing both Explicit and Tacit Knowledge Throughout Your Organization http://www.1000ventures.com/business_guide/im_knowledge.html
  8. Most Admired Knowledge Enterprises (MAKE) http://www.dunamis.co.id/homepage%5Cdunamiswelcome.nsf/MAKEIntroCurrent/3CEEDB139D13EE10472570850025F528?OpenDocument
  9. MAKE Methodology http://www.dunamis.co.id/homepage%5Cdunamiswelcome.nsf/MAKEMethodologyCurrent/F29FF8BEB9F5717A47257088001CF70A?OpenDocument
  10. MAKE Framework http://www.dunamis.co.id/homepage%5Cdunamiswelcome.nsf/MAKEFrameworkCurrent/D8D07E26BC0DC8BB47257085003B5E24?OpenDocument
  11. Characteristics of Knowledge Organizations http://www.dunamis.co.id/homepage%5Cdunamiswelcome.nsf/MAKECharacter/5D5BAFCA6980BF8E4725710200330373?OpenDocument
  12. Pemenang 2006 Indonesian MAKE Award http://www.dunamis.co.id/homepage%5Cdunamiswelcome.nsf/MAKEWinnersCurrent/1C074DB92EF48B3247257085002FA26F?OpenDocument
  13. AAM Field Force Team Knowledge Sharing http://www.anugrah-argon.com/latest_news.asp
  14. Excelcomindo Pratama Tbk Selects Vallent™ Performance Management Solution to Manage their Multi-Vendor, Multi-Technology Network http://findarticles.com/p/articles/mi_m0EIN/is_2006_June_5/ai_n16441272
  15. WIKA - Knowledge Management http://www.wika.co.id/eng/company_info/index.php?act=knowledge
  16. Danamon Awards2006 http://www.danamon.co.id/content_a.php?idCon=467&lng=1&mn=1&bn=45
  17. Training & Learning Program Bank Niaga http://www.bankniaga.com/content/content.asp?id=NNA112&b=2
  18. Round Table Knowledge Management ke - 13 di Bank Niaga http://www.km-indonesia.org/?q=node/news/24
  19. Astra Management Development Institute http://www.astra.co.id/profile/amdi.asp
  20. Unilever Indonesia Receives Asia’s 2005 Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award http://www.unilever.co.id/ourcompany/newsandmedia/pressreleases/2005/Unilever_Indonesia_Receives_Asias_2005_Most_Admired_Knowledge_Enterprise_%28MAKE%29_Award.asp
  21. Europe, Asia and India 2006 MAKE awards http://blog.jackvinson.com/archives/2007/01/08/europe_asia_and_india_2006_make_awards.html
  22. Sharing KM WIKA ke Kelompok Kompas Gramedia http://members.bumn-ri.com/wika/news.html?news_id=21146
  23. Dexa Medica Melakukan Benchmarking Knowledge Management System WIKA http://members.bumn-ri.com/wika/news.html?news_id=13817
  24. Unilever Indonesia, Astra Internasional dan XL Menjadi Finalis 2007 Asian MAKE http://www.dunamis.co.id/Homepage%5CPressRelease.nsf/Alllist/47C30A424D3333304725732F00193BA5?OpenDocument
  25. Konferensi KM Pertama di Indonesia http://www.dunamis.co.id/homepage/dunamiswelcome.nsf/PressRelease?OpenFrameSet
  26. Knowledge Sharing Portal http://inherent.ugm.ac.id/web/index.php?action=generic_content.main&id_gc=3
  27. e-Enterprise http://www.ebizzasia.com/0103-2002/enterprise,0103,02.htm
  28. Sumber-sumber informasi ilmiah berbasis internet http://www.google.com/search?q=cache:H1-9W9XRub0J:www.pdii.lipi.go.id/wp-content/uploads/2007/05/pelatihan-2007.doc+implementasi+knowledge+management&hl=id&ct=clnk&cd=27&gl=id
  29. Modal Pengetahuan http://eddynurmanto.unpad.ac.id/?p=25
  30. Data, Informasi, dan Pengetahuan http://eddynurmanto.unpad.ac.id/?cat=13
  31. Sampoerna SBM-ITB mendirikan KMSI http://www.sampoernafoundation.org/content/view/796/126/lang,id/
  32. Menciptakan Image Positif Melalui Perilaku http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3176&Itemid=340
  33. Kerangka Perencanaan KM http://kmwayang.blogspot.com/2005/11/kerangka-perencanaan-km.html
  34. Knowledge Management - jamrud.com http://www.jamrud.com/CategoryResource.aspx?CatID=1
  35. Workshop on Knowledge Management in Research and Technology Organization http://www.opi.lipi.go.id/situs/wkm04/
  36. Understanding dynamic capabilities through knowledge management http://www.bi.go.id/web/id/Info+Penting/Perpustakaan/Artikel/default.aspx?disp=Understanding dynamic capabilities through knowledge management &iddl=43428
  37. Intellectual Capital, Social Capital and Communities of Practice http://www.knowledgeboard.com/doclibrary/knowledgeboard/kmfb_john_pierce_03.pdf
  38. Knowledge: Content or Context? http://www.knowledgeboard.com/doclibrary/knowledgeboard/kmfb_john_pierce_02.pdf
  39. Knowledge: What is it? http://www.knowledgeboard.com/doclibrary/knowledgeboard/kmfb_john_pierce_01.pdf
  40. Knowledge Management Frameworks http://editthis.info/km_frameworks/Main_Page
  41. Top Ten Knowledge Management Books http://www.knowledgemanagementgateway.com/top_ten_books/
  42. Knowledge Management Techniques http://www.knowledgemanagementgateway.com/knowledge_management_techniques/
  43. Why Knowledge Management? http://www.knowledgemanagementgateway.com/
  44. Knowledge Management untuk Organisasi http://72.14.235.104/search?q=cache:H1-9W9XRub0J:www.pdii.lipi.go.id/wp-content/uploads/2007/05/pelatihan-2007.doc+knowledge+management+system&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&client=firefox-a
  45. Penerapan Knowledge Management pada Organisasi http://72.14.235.104/search?q=cache:EKxNUkyEfkIJ:ilmukomputer.com/wp-content/uploads/2007/04/bse-ksni.pdf+knowledge+management+system&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id&client=firefox-a
  46. To See A Knowledge Based Society in Indonesia http://onno.vlsm.org/onno/see-knowledge-based-05-2001.doc
  47. Membangun Perpustakaan Berbasis Konsep Knowledge Management http://72.14.235.104/search?q=cache:amvTa27QbFQJ:www.lib.ui.ac.id/files/Arip_Muttaqien.pdf+knowledge+management+system&hl=id&ct=clnk&cd=22&gl=id&client=firefox-a
  48. IT Sebagai Media Pembelajaran Multimedia http://balitbang.depkominfo.go.id/?mod=ART0100&view=1&id=ART070618110901&mn=ART0100
  49. Sekilas Perkembangan Internet Di Indonesia http://balitbang.depkominfo.go.id/?mod=ART0100&view=1&id=ART070618111201&mn=ART0100
  50. UT Knowledge Management won MAKE Awards http://www.unitedtractors.com/news.cfm?what=default&method=story&RecordID=148
  51. Data & Knowledge Management For Asian Oil and Gas 2007 http://www.iqpc.com/cgi-bin/templates/document.html?topic=229&event=13449&document=98477
  52. Agenda Acara RTKM ke-12 http://www.km-indonesia.org/?q=node/news/20
  53. Knowledge Management http://www.macca.biz/KM.php

Rabu, 29 Agustus 2007

Knowledge Management (KM) - Collecting, Leveraging, and Distributing both Explicit and Tacit Knowledge Throughout Your Organization

Knowledge Management (KM) - Collecting, Leveraging, and Distributing both Explicit and Tacit Knowledge Throughout Your Organization

By Vadim Kotelnikov, Founder, Ten3 BUSINESS e-COACH - Innovation Unlimited!, 1000ventures.com
"Knowledge is of two kinds. We know a subject ourselves, or we know where we can find information upon it." – Samuel Johnson

Why Knowledge Management?
While most managers agree that managing
knowledge is important, few of them can articulate what the value is or how to become a learning, teaching, or coaching organization. The majority of companies have their knowledge embedded in people and organizations. It is often intuitive, tacit, rather than explicit, and is rarely detailed enough to be especially valuable. Such knowledge often gets lost when someone leaves the company. "All too often, knowledge exists with multiple points of view instead of the collective best thinking. It is occasional but not integral to the business. And, most important, it is available but not used very much."7

Real Value of Knowledge
The value of knowledge is measured in its
application. Knowledge has no intrinsic value of its own - it is only relevant when it is used. "The real value of it is only real if you change the way business is done."7

Knowledge Management versus Information Management
"Knowledge management" is different from "information management". While the former targets collecting and distributing knowledge - both explicit and
tacit - throughout the organization, the latter deals mainly with documented explicit knowledge - or information - only.
Most companies create, have access to, and use plenty of bits of knowledge, but neither efficiently, nor effectively.
The increased emphasis on knowledge management is attributed to recent rapid developments in the following areas:
On a practical level:
Shift to the new
knowledge-driven economy dominated by knowledge-based enterprises and information-intensive industries
Rapid advances in information technology.
On a theoretical level, increased emphasis on knowledge in the
strategic management literature, in particular:
Popularity of the new
resource-based view of the company
Postmodern perspectives on organizations

The Dynamic Theory of Knowledge Creation

The current paradigm in which organizations process information efficiently in an “input-process-output” cycle represents a “passive and static view of the organization.13 Organizational learning results from a process in which individual knowledge is transferred, enlarged, and shared upwardly to the organizational level. This process is characterized as a spiral of knowledge conversion from tacit to explicit. In the broadest sense, organizational knowledge creation may be explicated by the interchange between tacit and explicit knowledge.
Tacit knowledge is a subtle conception rooted in cognitive schemata referred to as “mental models” and is rather difficult to articulate.14 It is highly personal and hard to formalize, making it difficult to communicate or to share with others. Subjective insights, intuitions, and hunches fall into this category of knowledge.15
On the other hand, explicit knowledge is more easily transmitted as it is characteristically codified. As such, explicit knowledge is more easily processed and shared with others. Knowledge conversion initiates at the individual level as a “justified true belief” and is expanded through social interactions to include a diversity of perspectives that ultimately represent shared knowledge at the organizational level.13
According to the
Nonaka's theory13, the process of knowledge conversion proceeds through four different modes:
Socialization (the conversion of tacit knowledge to tacit knowledge);
Combination (the conversion of explicit knowledge to explicit knowledge);
Externalization (the conversion of tacit to explicit knowledge); and
Internalization (the conversion of explicit to tacit knowledge).
During the socialization mode, tacit knowledge is transferred through interactions between individuals, which may also be accomplished in the absence of language. Individuals may learn and gain a sense of competence by observing behavior modeled by others. For example,
coaching, mentoring and apprenticeships instruct tacitly through observation, imitation, and practice.16
The combination mode of knowledge conversion embodies the aggregation of multiple examples of explicit knowledge. Explicit knowledge may be exchanged during meetings or conferences in which a diversity of knowledge sources combine to shape a new and enhanced conception.
The externalization mode of the knowledge conversion spiral references the translation of tacit knowledge into explicit. Because the conversion of tacit to explicit knowledge involves the reification of an esoteric, cognitive abstraction into a concrete concept, metaphors are recommended as a way to facilitate this translation. Metaphors assist individuals in explaining concealed (i.e., tacit) concepts that are otherwise difficult to articulate by assisting individuals in forming impressions based on “imagination and intuitive learning through symbols”. In other words, metaphors create networks of related concepts as prototypes to facilitate the ability to understand abstract, imaginary concepts.
The conversion of explicit to tacit knowledge (i.e., the internalization mode) occurs through a series of iterations in which concepts become concrete and ultimately absorbed as an integral belief or value. Where externalization utilizes metaphors to facilitate knowledge conversion, internalization represents an active process of learning.16 In this mode, participant share explicit knowledge that is gradually translated, through interaction and a process of trial-and-error, into different aspects of tacit knowledge. Tacit knowledge is thus mobilized through a dynamic entangling of the different modes of knowledge conversion.13
Tacit Knowledge as a Source of Competitive Advantage
Tacit knowledge, or implicit knowledge, as opposed to explicit knowledge, is far less tangible and is deeply embedded into an organization's operating practices. It is often called 'organizational culture'. "Tacit knowledge includes relationships, norms, values, and standard operating procedures. Because tacit knowledge is much harder to detail, copy, and distribute, it can be a sustainable source of competitive advantage... What increasingly differentiates success and failure is how well you locate, leverage, and blend available explicit knowledge with internally generated tacit knowledge."3 Inaccessible from explicit expositions, tacit knowledge is protected from competitors unless key individuals are hired away.


The Process
The process component is the most commonly overlooked in knowledge management programs. Many knowledge initiatives are started at the grass-roots level with the expectation that people will automatically create and use knowledge. It takes a process however. "The most difficult process in many ways is the use process itself. This has to be engineered directly into everyday work process. On top of the work process, you must actually engineer the creation process."7

Case in Point General Electric (GE)
With
Work-Out as part of its DNA, General Electric (GE) has become one of the most innovative, profitable, and admired companies on earth. At its core, Work-Out is a very simple concept based on the premise that those closest to the work know it best. When the ideas of those people, irrespective of their functions and job titles, are solicited and turned immediately into action, an unstoppable wave of creativity, energy, and productivity is unleashed throughout the organization. At GE, Work-Out "Town Meetings" gave the corporation access to an unlimited resource of imagination and energy of its talented employees.

Bibliography:
"Knowledge, Groupware, and Internet," Butterworth Heinemann, 2000
"The Role of Tacit Knowledge in Group Innovation," Dorothy Leonard and Silvia Sensiper, 1998
"Relentless Growth," Christopher Meyer, 1998
"Discovering Order in a Chaotic World," Margaret J. Wheatley, 2002
"The Challenge of Managing Knowledge," Laura Empson, 2003
"The Knowledge-Creating Company," Ikujiro Nonaka and Hirotaka Takeuchi, 1995
"The Centerless Corporation," Bruce A.Pasternack and Albert. J. Viscio, 1998
"The Knowledge Management Fieldbook," Buckowitz, W.R. and Williams, R.L., 1999
"Framework for Implementing Knowledge Management," J.A. Albers, 2003
"Knowledge Management System,"
Dan Mascenik
"Making a Market in Knowledge," Lowell L. Bryan, McKinsey, 2004
"Smart Business," Jim Botkin, 1999
"A dynamic theory of organizational knowledge creation," Nonaka, I., 1994
"The Tacit Dimension," Polanyi, M., 1966
"The Knowledge-Creating Company," Nonaka, I. & Takeuchi, H. 1995
"An Empirical Test of Nonaka’s Theory of Organizational Knowledge Creation," Richard G. Best, Sylvia J. Hysong, Charles McGhee, Frank I. Moore, Jacqueline A. Pugh
"
Sustainable Competitive Advantage," Vadim Kotelnikov
"
SMART Executive," Vadim Kotelnikov
"
SMART Business Architect," Vadim Kotelnikov
"
Systemic Innovation," Vadim Kotelnikov

Senin, 27 Agustus 2007

Knowledge Sharing Portal

Knowledge Sharing Portal
PILAR PEMBELAJARANSecara mendasar pembelajaran online atau dikenal istilah e-learning adalah proses pembelajaran yang disampaikan atau difasilitasi oleh teknologi elektronik, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pembelajaran ini bersifat open learning bagi seluruh sivitas UGM dan di luar UGM dan lebih diarahkan pada peningkatan pengayaan materi pembelajaran mahasiswa namun tidak dimaksudkan untuk menggantikan sistem perkuliahan tatap muka yang telah ada. Dengan ketersediaan sistem e-learning, pertukaran ide dan ilmu pengetahuan akan terjadi antar perguruan tinggi dan masyarakat yang akan membawa dampak baik pada perkembangan kebudayaan, sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia secara menyeluruh. PROGRAM PILAR PEMBELAJARANDi program INHERENT 2006 yang berkaitan dengan unsur pembelajaran online, UGM mengusulkan tiga (3) agenda kegiatan yaitu : 1. Implementasi metode student-centered learning Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan aplikasi e-learning yang ada di lingkungan UGM sehingga dapat mengakomodasi pelaksanaan metode pembelajaran SCL. Implementasi e-learning berbasis SCL diarahkan pada integrasi knowledge management system secara online sehingga diharapkan menghasilkan intellectual capital yang bermanfaat bagi sivitas akademika nasional. Dengan konsep SCL, mahasiswa bukan lagi sebagai obyek dari pengembangan ilmu pengetahuan namun diharapkan menjadi pelaku aktif dari pengisi contents di dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat juga meliputi kegiatan pembelajaran berbasis multimedia yang membutuhkan ketersediaan perangkat dan fasilitas ruang multimedia dan telekonferensi. 2. Pembelajaran online yang terintegrasi dan bersifat open access bagi masyarakat Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun sistem pembelajaran online yang terintegrasi dan bersifat open acces yang dapat menerima berbagai format sistem pembelajaran online yang ada. Sistem ini memungkinkan pengembangan suatu e-learning gateway di mana ada satu pintu untuk mengakses berbagai macam layanan belajar online yang ada dengan menyediakan fasilitas pencarian materi di berbagai model layanan belajar online. Sifat layanan ini memungkinkan bagi semua anggota sivitas UGM dan masyarakat mudah mendapatkan materi tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Diharapkan wawasan dan IT literate masyarakat meningkat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa. Aktivitas yang diperlukan adalah melakukan identifikasi atas berbagai sistem pembelajaran online yang sudah berjalan di UGM dan membandingkannya dengan standar SCORM (Sharable Content Object Reference Model). 3. Pengembangan course content berbasis web dan multimedia. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan inovasi proses pembelajaran dengan memanfaatkan TIK sebagai usaha meningkatkan kualitas mutu perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan adalah menyediakan dana dalam bentuk hibah pengajaran yang dikompetisikan bagi seluruh dosen UGM untuk mengembangkan dan melengkapi muatan (content) materi pembelajaran. Arah kegiatan ini adalah berkembangnya metode pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan dunia nyata dengan memanfaatkan aplikasi e-learning yang berbasis web dan multimedia. Kegiatannya berupa pembekalan yang berisi konsep dan paradigma berkarya menuju kemandirian, kepraktisan, serta kemampuan mengidentifikasi, menyelesaikan masalah, dan menuangkan rancangan proses pembelajaran. 4. Pengembangan Ruang Studio Multimedia dan Teleconference Ruang ini untuk memfasilitasi kepentingan civitas UGM yang akan melakukan proses pembelajaran jarak jauh dan berbasis multimedia dengan civitas universitas lain baik di Indonesia ataupun di luar negeri.

e-Enterprise

e-Enterprise
Volume I Nomor 03 - Desember 2002 - Januari 2003
Implementasi TI di perpustakaan tidak selalu mahal. Banyak sekali aplikasi handal dan gratis yang bisa dimanfaatkan untuk mengelola pengetahuan menjadi output yang berguna.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, kali ini Siti Jamilah nampak bersuka-cita. Sambil menahan senyum, pelajar sebuah SMU di Jakarta Selatan itu berjingkrak-jingkrak kegirangan. “Akhirnya, ku dapat kau,” katanya berkali-kali. Maklumlah, setelah mengaduk-aduk sejumlah perpustakaan di berbagai lembaga, referensi soal United Kingdom yang dicari-cari Jamilah selama hampir sepekan ternyata ditemukan di British Council. Tidak saja lengkap, tapi melimpah. Itu pun Jamilah tidak perlu susah-susah, cukup browsing di depan komputer dan mengakses alamat www.britishcouncil.or.id. Kemudahan yang dinikmati Jamilah tidak terlepas dari fasilitas yang diberikan oleh British Council. Dengan implementasi teknologi informasi (TI) di perpustakaan, lembaga nirlaba itu tidak saja melayani peminjaman secara konvensional, tapi anggota bisa meminjam buku lewat internet dan kemudahan akses untuk mencari informasi yang lebih bermutu. Di British Council, setidaknya tersedia koleksi buku sebanyak 19.000, 5.000 buah AV (video dan kaset), dengan langganan majalah dan koran sekitar 80-an judul. Dibandingkan dengan lembaga-lembaga penting di negeri ini, implementasi TI di perpustakaan British Council terbilang sudah maju. Makanya, institusi ini pada satu atau dua tahun ke depan akan mengubah perpustakaannya menjadi KLC (Knowledge and Learning Center). Dengan perubahan ini, semua layanan British Council akan terpusat di KLC. Nantinya akan disediakan informasi tentang United Kingdom, sekolah di Inggris, termasuk sekolah-sekolah yang memberikan beasiswa, peminjaman buku, video dan layanan yang lain. “Konsepnya semacam one stop shopping,” kata Hendro Wicaksono, pustakawan asal British Council. Koleksinya akan lebih banyak berbentuk elektronik. Nantinya, British Council akan berlangganan akses ke database full text. Jika itu terwujud, akan banyak kemudahan yang bisa dinikmati oleh anggotanya. Mereka akan dengan begitu mudah mengakses dan mendapatkan informasi-informasi penting. Tidak ada lagi cerita tidak menemukan referensi yang memadai. Kondisi ini berkebalikan seratus delapan puluh derajat dengan yang ada di Tanah Air. Tengoklah betapa memprihatinkannya perpustakaan di sekolah-sekolah umum dan sekolah khusus. Selain penataannya semrawut dan serba manual, koleksinya hanya itu-itu saja. Bahkan, banyak sekali koleksi buku yang obsolete. “Bagaimana mungkin kita bisa membangun sumberdaya manusia yang handal jika aset sumber pengetahuan dan ilmu itu tidak dibangun,” kata Badollahi Mustafa, Kepala Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB). Perpustakaan yang agak memadai rata-rata terdapat di perguruan tinggi. Menurut Mustafa, perpustakaan Universitas Petra Surabaya, Universitas Sumatera Utara Medan, Universitas Solo, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, beberapa universitas swasta di Jakarta dan Bandung, sudah lumayan. Selain terpadu, fungsi-fungsi yang diotomatisasi sudah lebih lengkap. “Kalau IPB, lumayanlah,” kata Mustafa merendah. Sementara untuk perpustakaan umum, menurut Hendro, baru British Council yang impelemntasi TI-nya sudah lumayan. Untuk institusi swasta, perpustakaan di perusahaan konsultan Price Waterhouse Coopers (PWC) juga sudah lumayan canggih.
Hendro Wicaksono, pustakawan British Council
Dari sisi demografis, kata Hendro Wicaksono, kebanyakan perpustakaan yg sudah implementasi TI (skala kecil atau besar) adalah perpustakaan yang terdapat di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya. Implementasi TI di perpustakaan memang banyak ditemukan di kota-kota besar. Dan itu ditemukan di perpustakaan di mana institusi induknya memang sudah menggunakan TI dalam kerja sehari-hari, seperti law firm dan konsultan bisnis. Sedangkan di lembaga yang belum banyak tersentuh TI, rata-rata bangunan perpustakaannya asal-asalan dan belum diotomatisasi dengan TI. Jika dibandingkan dengan implementasi TI di perpustakaan di negara-negara maju, Indonesia begitu tertinggal. “Kita ketinggalan sekitar 10-15 tahun,” kata Mustafa. Sebab, implementasi TI di perpustakaan di negara-negara maju, seperti di Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, juga di negara-negara Asia seperti Filipina, India, Malaysia, Singapura dan Thailand, rata-rata sudah terpadu dan lengkap. Di negara-negara tersebut, perpustakaan menjadi kiblat sumber informasi. “Bila seseorang membutuhkan informasi apa saja, mereka pasti pergi ke perpustakaan,” kata Edwin Markin, pustakawan Bank Mandiri. Ketika mencari angka kematian/kelahiran di suatu tempat, mencari biodata seseorang dan mencari pemilik kendaraan bermotor, mereka pasti ke perpustakaan. Pengalaman Hendro melihat implementasi TI di perpustakaan di London dan Manchester (Inggris) serta di Bielefeld (Jerman) menarik disimak. Di sana, kata Hendro, orang dengan mudah melakukan peminjaman antar perpustakaan, men-donwload artikel fulltext antar unit, memperpanjang peminjaman lewat internet, menikmati fasilitas multimedia, dan e-learning. Di dua negara tersebut, kultur antar perpustakaan perguruan tinggi memang sudah terbiasa untuk resource sharing dan kurikulum pendidikan yang baik, sehingga implementasi TI mudah dilakukan. Di sana, lanjut Hendro, terasa betul “The power of library networking”. “Trust sangat terasa peranannya dalam membangun jaringan perpustakaan berbasiskan teknologi,” kata Hendro Wicaksono. Mengapa implementasi TI di perpustakaan di Indonesia rata-rata baru sebatas menyediakan software untuk pengolahan dan penelusuran serta sirkulasi bahan pustaka, layanannya pun masih sepotong-potong, belum terintegrasi dan hanya bisa dimanfaatkan oleh anggota perpustakaan? Menurut Edwin Markin, ini disebabkan karena untuk mengimplementasikan TI di diperpustakaan membutuhkan investasi yang tidak kecil dan sumber daya manusia yang memadai. “Yang terpenting adalah masih kecilnya perhatian pimpinan lembaga/pemilik perusahaan/pemilik modal tentang manfaat perpustakaan,” Edwin memberi alasan. Seringkali keberhasilan implementasi TI di sebuah institusi memang amat ditentukan oleh sikap dan visi dari pucuk pimpinannya. Sebab, dari sisi teknologi, Indonesia jelas tidak kalah dengan negara lain. Yang jadi masalah, ketika implementasi, seringkali sistem tidak bisa berjalan dengan baik karena adanya masalah kultur. “Jadi, negara lain lebih maju bukan dari sisi teknologi, tapi dari sisi kultur,” kata Hendro. Implementasi TI di manapun, termasuk di perpustakaan, aspek sosial, yaitu manusia yang akan memakai teknologi tersebut, menempati posisi penting. Teknologi secanggih apa pun tak akan ada gunanya jika pemakainya menolak. Dari sisi kultur berbagi dan berkembang bersama, kiblat yang bisa dicontoh adalah Jerman. Benarkah implementasi TI di perpustakaan ongkosnya mahal? Cap ini tidaklah benar. Mahal dan tidak itu relatif. Untuk perusahaan bank sekelas Bank Mandiri, jelas dana yang diinvestasikan tidak gede. Dengan koleksi buku sebanyak 9.197 judul (lebih dari 11.000 eksemplar), langganan 11 koran dalam dan luar negeri, langganan 17 majalah dalam dan luar negeri dan langganan 11 jurnal/terbitan berkala, pengeluaran bulanannya paling-paling berjumlah puluhan juta rupiah. Pembelian software NCI Bookman versi 2.30 yang diproduksi PT NCI di Bandung pun cuma berkisar Rp 40-50 juta. Itu sudah termasuk hardware, yaitu 3 unit komputer (masing-masing untuk penelusuran, input data dan server), printer, barcode reader dan kertas print barcode). Di luar itu, masih ada tiga komputer lagi, yaitu 1 unit komputer input data dan 2 PC (personal computer) biasa. Bisa pula lebih murah. Menurut Hendro Wicaksono, saat ini banyak sekali aplikasi yang bagus, mudah di-download di internet dan gratis. Misalnya, aplikasi LAMP (Linux Apache MySQL PHP) atau WAMP (Windows Apache MySQL PHP). LAMP/WAMP amat mudah diimplementasikan, bahkan oleh kalangan pemula sekali pun. Yang diperlukan hanyalah membaca langkah-langkah dalam manual. Jika menemui kesulitan, kata pakar security asal ITB Budi Rahardjo, ada banyak sekali website atau mailing list aktif yang bisa membantu. Untuk mengimplementasikan aplikasi berbasis open source ini, kata Budi, tidaklah sepenuhnya gratis. Tetap ada hidden cost, seperti belajar dengan men-download materi di internet dan kehilangan waktu untuk bejalar. Hebatnya lagi, aplikasi-aplikasi tersebut rata-rata bersifat multiplatform, learn once dan use anywhere. Misalnya, LAMP/WAMP selain bisa digunakan di Linux, juga familiar dipakai di Windows. Masing-masing aplikasi biasanya bersifat sepesifik. Aplikasi Post Nuke atau PHP Nuke misalnya, cocok untuk content management system. Sementara aplikasi Open Biblio lebih cocok untuk otomatisasi perpustakaan. Sejauh ini, kata Hendro, ia tidak menemui masalah serius menggunakan aplikasi-aplikasi gratis tersebut. “Dan yang terpenting, kebutuhan saya bisa terpenuhi,” kata Hendro menambahkan. Implementasi TI di perpustakaan memang memberikan banyak keuntungan. Ketika masih serba manual, perpustakaan IPB memerlukan tenaga 6 orang untuk melayani sirkulasi sepanjang waktu layanan. Kini cukup hanya dilayani satu orang. Ketika masih manual, layanan juga lambat, kurang akurat, boros bahan dan perlu membuat kartu katalog. Dengan pemanfaatan TI, masalah ini tidak ada lagi. Bahkan, dengan TI bisa menambahkan layanan baru, yaitu akses informasi lewat internet. Untuk melayani pengunjung 60-70 orang per hari, perpustakaan Bank Mandiri malah hanya dilayani empat orang. Tapi dengan NCI Bookman, pustakawan amat terbantu dalam kegiatan sirkulasi/simpan pinjam karena menggunakan sistem barcode, baik barcode buku maupun nomor barcode anggota. Sehingga proses sirkulasi dapat lebih efisien. Tidak heran jika NCI Bookman kini dipakai di lebih 70 perpustakaan, salah satunya perpustakaan Bank BNI. Kekurangannya, kata Edwin Markin, PT NCI berada di Bandung, sehingga kalau ada masalah pihaknya harus menghubungi ke Bandung, atau menunggu orang dari Bandung. Selain itu, tidak seperti versi terbarunya, NCI Bookman versi 2.30 masih belum bisa digunakan untuk mengakses lewat internet.Mengapa Bank Mandiri perlu membangun perpustakaan segala? Menurut Edwin, perpustakaan Bank Mandiri yang berada di bawah economic financial research group dimaksudkan untuk menyediakan bahan pustaka/informasi bagi seluruh karyawan yang membutuhkannya bagi kelancaran tugas-tugasnya. Sebagai gudang informasi, perpustakaan adalah sarana untuk mendongkrak kualitas sumberdaya manusia Bank Mandiri. Ini pada gilirannya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi Bank Mandiri, yakni peningkatan laba perusahaan. Edwin tidak mengelak bahwa keberadaan perpustakaan di Bank Mandiri memang dimaksudkan untuk pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Sebab, kata Edwin, perusahaan yakin informasi akan sangat mempengaruhi kemajuan suatu bisnis atau perusahaan. “Manajemen perusahaan yang baik sangat memerlukan perolehan, pengolahan dan pengaturan informasi yang tertata rapi,” kata Edwin. Hakekat tugas perpustakaan adalah mengelola dan mengatur informasi yang ada dalam bentuk bahan pustaka (baik book material maupun non book material), sehingga mudah dimanfaatkan pemakai/karyawan. Mungkin lantaran ini, Bank Mandiri, bank hasil merger empat bank pelat merah, hanya dalam tempo tiga tahun prestasinya sudah melesat jauh ke depan. Padahal, merger bank seringkali gagal karena perbedaan kultur dan adanya resistensi. Jika sebuah institusi hendak mengimplementasikan TI di perpustakaannya, agar tidak gagal, faktor sosial (manusia pemakainya) harus dipersiapkan masak-masak. Kualitas sumberdaya manusia pengelolanya juga tidak kalah penting. Dari sisi teknologi, sepanjang ada dana, semua lembaga punya akses yang sama. Cuma, kata Badollahi Mustafa, teknologi seperti apa yang hendak diimplementasikan amat tergantung pada perpustakaan yang hendak dibangun, berikut dana yang tersedia. Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, sebuah institusi bisa membangun perpustakaan sesuai kebutuhan dan sesuai pula dengan isi kantongnya. Jadi, tidak ada lagi alasan TI itu mahal. •ki foto-foto: Dahlan Rebo Paing

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)

MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT)
Mayor Czi Budiman S. Pratomo

Pendahuluan
Alvin Toffler membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar. Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira, tanpa memandang waktu dan tempat. Hal ini mendorong berkembangnya konsep organisasi belajar (learning organization) yang menyatukan antara proses belajar dan bekerja. Disisi lain pengetahuan yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan, ditransfer, dan diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan manajemen-pengetahuan atau knowledge management (KM).Suatu organisasi agar dapat mencapai visi dan misinya harus mengelola pengetahuan yang dimilikinya dengan baik agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain. Salah satu cara tersebut adalah dengan menerapkan manajemen-pengetahuan atau KM. Tidak terkecuali TNI AD sebagai organisasi, untuk menghadapi persaingan dan tuntutan yang semakin tinggi memerlukan penerapan manajemen pengetahuan agar selalu dapat menjawab setiap tuntutan tugas.Pengertian KMSebelum memahami konsep manajemen pengetahuan ini ada beberapa istilah yang harus dipahami yaitu : data, informasi, pengetahuan, jenis pengetahuan, dan manajemen pengetahuan itu sendiri. Di samping itu perlu pula memahami proses pembentukan pengetahuan dari data, informasi, kemudian menjadi pengetahuan.
a. Data adalah kumpulan angka atau fakta objektif mengenai sebuah kejadian (bahan mentah informasi).
b. Informasi adalah data yang diorganisasikan/diolah sehingga mempunyai arti. Informasi dapat berbentuk dokumen, laporan ataupun multimedia.
c. Pengetahuan (knowledge) adalah kebiasaan, keahlian/kepakaran, keterampilan, pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar. Istilah ini sering kali rancu dengan Ilmu Pengetahuan (science). Ilmu Pengetahuan adalah ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya; sedangkan pengetahuan belum tentu dapat diterapkan, karena pengetahuan sebuah organisasi sangat terkait dengan nilai, budaya, dan kondisi dari organisasi tersebut.d. Jenis Pengetahuan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk, sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan kepada orang lain.
1) Explicit Knowledge. Bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh: manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya.
2). Tacit Knowledge. Bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya.
e. Manajemen pengetahuan (KM) Definisi mengenai KM tergantung dari cara organisasi menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan. Organisasi intelejen militer akan mempunyai definisi yang berbeda mengenai pengetahuan dibandingkan dengan perusahaan. Salah satu definisi KM adalah proses sistematis untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu yang dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik. Atau secara umum KM adalah teknik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif.
Manajemen Pengetahuan dan Teknologi Informasi (TI)
Sebenarnya konsep pengelolaan pengetahuan merupakan konsep lama, perbedaannya KM memungkinkan kita untuk tidak perlu memulai segalanya dari nol lagi. (We don't have to always reinventing the wheel ). Konsep KM ini menjadi populer karena kompetisi yang kian tajam dalam memperoleh keunggulan. Ketatnya kompetisi menyadarkan orang bahwa hanya penguasaan pengetahuanlah yang akan menentukan keunggulan suatu organisasi. Keunggulan pada saat ini dirumuskan dalam formula: faster, cheaper and better. Kalau saja kita hanya melakukan sesuatu untuk organisasi agar lebih baik dan lebih efisien maka kita akan tertinggal. Bill Gates menyatakan "If the 1980's were about quality and the 1990's were about re-engineering, then the 2000's will be about velocity". Jadi kalau kita berbicara mengenai keunggulan dalam era 2000 an kita berbicara kecepatan (velocity). Untuk dapat mencapai kecepatan maka penggunaan teknologi informasi merupakan suatu keharusan.
KM terdiri dari 3 komponen utama yaitu people, place, dan content. KM membutuhkan orang yang kompeten sebagai sumber pengetahuan, tempat untuk melakukan diskusi, dan isi dari diskusi itu sendiri. Dari ketiga komponen tersebut peran teknologi informasi adalah mampu menghilangkan kendala mengenai tempat melakukan diskusi. TI memungkinkan terjadinya diskusi tanpa kehadiran kita secara fisik. Dengan demikian kapitalisasi pengetahuan dapat terus diadakan walaupun tidak bertatap muka. Dalam konteks secara umum, pelaksanaan KM menghadapi masalah utama yaitu masalah perilaku. Pertama, berkaitan dengan ketidakmauan orang untuk berbagi. Kedua berkaitan dengan ketidakdisiplinan untuk selalu menuliskan apa yang kita dapatkan. Ini merupakan suatu kendala karena budaya kita lebih cenderung pada budaya lisan. Kita belum bisa mendisiplinkan diri untuk selalu menuliskan pengetahuan dan pengalaman yang kita alami dalam suatu sistem sebagai suatu aset organisasi.
Dalam pelajaran manajemen, aset organisasi dirumuskan dengan 5M (man, money, method, machine, dan market). Apabila dipandang dari sisi KM maka manusialah yang merupakan aset yang paling berharga. Tetapi, benarkah semua orang dalam organisasi merupakan aset organisasi? Thomas A. Stewart dalam bukunya Intelectual Capital, secara tegas mengatakan "tidak". Menurut Stewart, yang benar-benar aset hanyalah orang-orang tertentu, yang pekerjaannya berkaitan dengan penambahan pengetahuan dalam organisasi, yaitu The Stars. (Stewart membagi karyawan dalam empat kelompok yaitu: pekerja biasa; pekerja terampil tetapi bukan faktor penentu; pekerja yang melakukan hal yang dihargai oleh pelanggan tetapi dapat di outsource; dan the Stars, yaitu orang-orang dengan peran yang tidak tergantikan sebagai individu). Sebagai contoh kelompok the Stars, salah satunya adalah peneliti. Mereka yang termasuk kelompok keempatlah yang benar-benar merupakan aset bagi organisasi. Organisasi perlu memberikan perhatian penuh pada kelompok ini, karena di tangan merekalah masa depan organisasi. Persoalannya, bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki, sehingga dapat terakumulasi dan akhirnya menjadi aset organisasi.Penerapan KM di TNI ADSeiring dengan perkembangan teknologi informasi dan tuntutan tugas pokok maka penerapan KM di lingkungan TNI AD merupakan suatu keharusan. Penerapan KM ini dapat diawali dari Lembaga Pendidikan (lemdik) TNI AD sebagai "gudang ilmu". Lemdik merupakan garda depan dalam mencetak sumber daya manusia TNI AD. Dari sinilah seluruh personel TNI AD yang mengawaki organisasi dibentuk. Penerapan KM di TNI AD saat ini masih dalam embrio dengan dimulainya sosialisasi dan komputerisasi bahan ajaran di semua Lemdik TNI AD. Diharapkan dengan dibuatnya bahan ajaran menggunakan teknologi informasi maka ketersediaan pengetahuan eksplisit menjadi tidak bermasalah karena tersedia dalam bentuk yang mudah diakses secara cepat dengan bantuan komputer. Dengan adanya akses yang cepat ini maka proses belajar akan menjadi lebih cepat dan efektif. Di samping itu diharapkan akan tumbuh budaya menulis di kalangan guru militer untuk selalu menuangkan ide dan hasil pengembangan ilmunya di dalam suatu tulisan yang dapat dijadikan bahan untuk pengembangan pengetahuan. Karena masih dalam tahap embrio dan baru akan dikembangkan maka perlu mempertimbangkan beberapa hal / langkah untuk implementasinya agar dapat berhasil dengan baik. Langkah-langkah tersebut meliputi :
a. Identifikasi pengetahuan yang ada (baik tacit maupun eksplisit) sehingga dapat diketahui peta pengetahuan dalam organisasi dan proses-proses atau kebiasaan yang terkait dengan pengelolaan pengetahuan.
b. Identifikasi infrastruktur yang ada, kita perlu melihat infrastruktur apa yang telah ada, misalnya koleksi hanjar, perpustakaan, intranet, media komunikasi internal, email, forum diskusi, digital library dan lain-lain.
Setelah diperoleh gambaran mengenai proses pengelolaan pengetahuan yang ada dan infrastrukturnya maka kita dapat memulai untuk membangun KM. Apabila KM akan diimplementasikan maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerapan teknologi.Pada tahap awal perlu menggunakan teknologi yang tepat, sederhana yang telah ada dan baru kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut. Sebagai misal untuk komputerisasi bahan ajaran dapat menggunakan teknologi sederhana yang biayanya relatif murah seperti menggunakan bentuk portable document format (PDF). Kebetulan software ini (Adobe Acrobat Reader) merupakan software yang dapat di download dengan gratis. Sementara front end nya menggunakan bentuk html yang dapat ditampilkan melalui internet explorer sebagai bagian dari Windows 98 ataupun Windows ME yang dibeli bersamaan dengan komputer baru (preloaded). Dengan demikian maka hal-hal yang berkaitan dengan masalah hak kekayaan intelektual (HAKI) tidak menjadi masalah pada saat awal penerapan KM ini. Setelah KM ini dapat berjalan dan diterima oleh pengguna maka baru kemudian dikembangkan menggunakan teknologi yang lebih baik dan memerlukan biaya yang relatif mahal tetapi sangat menolong bagi perkembangan organisasi.
b. Perubahan Budaya. Dapat dilakukan dengan membuat kebijakan dan anjuran. Ini merupakan hal yang penting karena budaya di TNI AD masih sangat bersifat paternalistik. Sehingga peran pimpinan akan sangat menonjol di dalam pemasyarakatan KM ini. Ini merupakan langkah yang menentukan karena keberhasilan KM merupakan penentu maju mundurnya organisasi.
c. Pembangunan fasilitas untuk berbagi pengetahuan (knowledge exchange). Perlunya dibentuk suatu tempat untuk memungkinkan tumbuh suburnya diskusi. Hal ini merupakan sarana bagaimana pengetahuan itu dapat dibagikan. Fasilitas tersebut sangat penting sebagai tempat dari aktifitas-aktifitas yang penting bagi proses penciptaan pengetahuan dan inovasi yang meliputi knowledge exchange, knowledge capture, knowledge reuse, dan knowledge internalization. Hal ini juga penting karena dapat digunakan sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan yang sifatnya tacit.
d. Sosialisasi KM untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh personel. Hal ini merupakan suatu kunci keberhasilan dalam penerapan KM karena apabila KM ini dikenal oleh seluruh personel maka proses untuk menangkap pengetahuan ini akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
e. Evaluasi keberhasilan penerapan KM. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran kinerja dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya KM.
Sejauh Mana Keberhasilan Penerapan Konsep KM di TNI AD?Dari hasil pengenalan kepada semua Danpusdik dan pejabat terkait dengan bidang pendidikan di Mabesad pada rapat koordinasi tanggal 12 Agustus 2003, tampaknya konsep ini akan dapat dilaksanakan. Hal ini karena pada dasarnya setiap lemdik sudah mempunyai bahan ajaran dalam bentuk soft copy, sehingga yang perlu dilakukan adalah menyusun pengetahuan / bahan ajaran tersebut secara lebih sistematis dalam bentuk yang mudah diakses. Selama ini sudah tersedia bahan-bahan tersebut namun untuk dapat membukanya diperlukan keahlian menggunakan komputer (baik itu software pengolah kata, spreadsheet ataupun yang lain). Hal inilah yang menjadikan kendala bagi lemdik. Dengan demikian pada tahap awal yang perlu dilakukan adalah bagaimana membuat pengetahuan tersebut dapat diakses oleh para siswanya tanpa memerlukan pengetahuan komputer (computer literacy). Hal ini dapat dilakukan dengan membuat program kecil yang mampu mengoperasikan secara otomatis (autorun) compact disk (CD) yang dimasukkan ke dalam CD ROM drive komputer. Dengan adanya program kecil ini maka diharapkan para siswa akan mampu mengakses informasi dengan cepat melalui daftar informasi / menu yang ditampilkan oleh komputer dengan syarat yang penting mampu menggunakan mouse komputer.
Untuk menjamin keberhasilannya maka diperlukan suatu upaya untuk mewujudkan dengan melakukan evaluasi dengan disertai asistensi untuk merealisasikan pelaksanaan konsep KM ini. Untuk tahap pertama perlu dilaksanakan pilot proyek di salah satu lemdik. Perlu diyakinkan bahwa penerapan KM ini bisa berhasil sampai dengan implementasi dengan asistensi teknis sampai dengan selesai. Dalam konteks ini penulis optimis akan dapat dilakukan karena pada prinsipnya semua lemdik sudah mempunyai bahan ajaran dan tenaga operator komputer yang mampu mengerjakan tugas untuk menghimpun bahan ajaran dan dirangkaikan menjadi satu kesatuan.
Diharapkan apabila konsep ini dapat diterapkan dengan baik maka setiap siswa akan dapat memperoleh pengetahuan yang selama ini dalam bentuk buku menjadi dalam bentuk CD yang praktis dan mudah diakses. Dengan demikian dalam jangka panjang pengetahuan akan dapat diakses oleh semua siswa dengan lebih baik, dan pihak lemdik dapat mempersingkat waktu pendidikan. Implikasi dari konsep ini adalah lemdik akan dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk menumbuhkan semangat kebangsaan karena waktu yang tersedia tidak dihabiskan semuanya untuk memberikan pelajaran yang semuanya sudah dihimpun dalam satu CD, tetapi dapat digunakan untuk memberikan pembekalan materi yang lain dalam rangka pembentukan mental yang lebih baik. Semoga konsep ini dapat dilaksanakan dalam waktu yang tidak lama lagi.
Budiman S. Pratomo (budiman@dephan.go.id)Analis Sistem InformasiDisinfolahtad

Sumber-sumber informasi ilmiah berbasis internet

Sumber-sumber informasi ilmiah berbasis internet
Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini menyebabkan mudahnya mencari informasi baik yang ilmiah maupun non ilmiah. Kemudahan memperoleh informasi memberi dampak banyaknya informasi yang harus diseleksi agar sesuai dengan kebutuhan. Fenomena ini membuat para pencari informasi menginginkan kemasan-kemasan informasi yang berisi informasi yang telah diseleksi. Kemasan-kemasan informasi terseleksi akan memudahkan para pengguna dalam pencarian informasi.
Program pembelajaran ini difokuskan pada pencarian informasi melalui berbagai sumber informasi berbasis internet dan mengemasnya dalam bentuk digital (CD-ROM)
Materi yang diberikan meliputi, penelusuran informasi, membuat format database; alih media ke digital; dan membuat desain tampilan di CD-ROM
Jadwal:
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.500.000 28 3 28-30 6-800 3-500
Software Aplikasi WINISIS Untuk Perpustakaan
Winisis adalah program CDS-ISIS (Computerized Documentation Services – Integrated Set of Information System) yang beroperasi di atas sistem windows yang dikembangkan oleh badan dunia (UNESCO) untuk mengelola pangkalan data bibliografi berupa teks dari berbagai koleksi yang dapat digunakan oleh pustakawan, dokumentalis, arsiparis, peneliti, maupun kalangan akademisi. Dengan demikian informasi yang dimiliki dapat di diseminasikan dan di akses secara global. Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat membuat desain database perpustakaan berbasis web.
Materi yang diberikan yaitu platform program aplikasi WINISIS, Install program WINISIS, Membangun database dengan WINISIS, Pengembangan pangkalan data WINISIS ke WEB, Mengkonversi data ASCII ke pangkalan data WINISIS
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.250.000 35 5 26-30 11-150 20-24 10-140

WINISIS Untuk Kearsipan
Sebagai salah satu sumber informasi terekam, arsip mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting untuk mendukung manajemen modern organisasi pemerintah dan bisnis.Di era digitalisasi saat ini, penataan arsip yang cepat dan akurat sangatlah penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Mempelajari kebutuhan pengarsipan organisasi pada masa kini telah dibuat sistem dengan menggunakan peralatan elektronik (hardware maupun software) dalam mengalihmediakan kertas sebagai hardcopy kebentuk dokumen elektronik atau digital serta tersimpan sebagai database yang dapat diakses ulang. Manfaat yang didapatkan adalah adanya desain database arsip berbais WINISIS.
Materi yang diberikan yaitu, Membuat rekord surat, Membuat worksheet persuratan, Pangkalan data WINISIS, Pengetikan data, Temu kembali data, dan mencetak data
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.250.000 35 5 26-30 11-150 20-24 10-140

Penulisan Artikel untuk Jurnal Ilmiah

Artikel ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan data dan fakta yang sahih serta ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Menulis artikel ilmiah memerlukan suatu upaya dan waktu yang memadai agar dapat menghasilkan suatu tulisan yang sahih dan akurat, serta layak dibaca. Karya tulis ilmiah menjadi bermakna jika pembaca menerima apa yang ada dalam benak pengarang secara akurat. Oleh karena itu untuk memahami bagaimana meningkatkan kemampuan menulis, kita perlu mengetahui bagaimana para pembaca memahami retorika,tata bahasa dan psikologi pembelajaran serta kita pun harus mampu melakukan komunikasi dengan redaksi majalah ilmiah dan mitra bestarinya.
Majalah ilmiah merupakan sumber informasi penting bagi dosen, peneliti, atau ilmuwan karena artikel dalam jurnal ilmiah dipilih oleh redaksi bekerjasama dengan mitra bestari sebelum diterbitkan. Hasil dari program pelatihan ini adalah meningkatnya kemampuan kualitas penulisan artikel ilmiah.
Materi yang akan diberikan meliputi, karya tulis ilmiah dan populer, etika keilmuan, penelusuran, analisis informasi, struktur karya tulis, ISSN dan penampilan majalah ilmiah, dan proses penerbitan majalah ilmiah.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.750.000 28 4 9-120 2-500 5-800
Pengantar Jaringan LAN
Pelatihan ini memberikan dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan dalam merancang, mengkonfigurasi dan mengimplementasikan LAN. Pelatihan ini juga menekankan pada integrasi software dan hardware yang ada. Bertujuan untuk menerapkan dasar-dasar terminologi, teknologi dan protokol LAN, memilih teknologi LAN berdasarkan kebutuhan aplikasi, mengkonfigurasikan LAN ke berbagai perangkat di lingkungan kerja, dan mendukung penyimpanan data secara jaringan LAN
Materi yang diberikan yaitu dasar-dasar LAN, komunikasi antar LAN, mengevaluasi tipe sistem jaringan LAN, standar LAN umum, teknik switching dalam LAN, jaringan Multi-LAN dan konfigurasinya, Protokol dan kinerja, instalasi dan implementasi LAN, dan memilih dan melaksanakan pengadaan LAN.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.500.000 28 4 26-29 16-19 19-22
Desain Publikasi dan Penerbitan
Pelatihan ini memberikan beberapa teknik yang sering digunakan para desainer untuk membuat citra / gambar agar mempercantik tampilan publikasi seperti poster, cover, booklet, banner, back drop dll. Pelatihan ini bertujuan untuk membuat rancangan publikasi, membuat efek untuk latar belakang, membuat efek teks, mengolah gambar untuk background publikasi, mengatur warna yang artistic dan membuat estimasi biaya pencetakan. Materi yang diberikan yaitu Pengenalan software yang digunakan seperti Free Hand, memahami teknik pembuatan publikasi, merancang publikasi, mengolah gambar, menyimpan format file untuk persiapan publikasi, dan estimasi biaya pencetakan.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.500.000 35 5 7-110 3-700 3-700

Web Programming
Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan kemampuan menerbitkan informasi melalui internet / web site. Program ini diharapkan dapat memacu kreativitas peserta dalam mendesain web yang dapat diaplikasikan. Materi yang diberikan meliputi dasar-dasar pembuatan website (dengan program MAMBO), instalasi dan konfigurasi Web Server, dasar-dasar scripting side server, akses database secara online dan administrasi web server.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 3.000.000 35 5 23-27 2-600 12-160

CISCO Networking Academy Program
Merupakan program pelatihan jaringan komputer dengan konsep e-learning yang diluncurkan oleh Cisco System pada tahun 1993 bekerjasama dengan berbagai institusi pendidikan seperti sekolah lanjutan atas, universitas dan beberapa akademi yang ada di Amerika Serikat. Pelatihan ini mengacu pada materi Designing Cisco Networks (DCN) yang merupakan standar internasional untuk memperoleh sertifikasi Cisco Certified Networking Associate (CCNA).
Pelatihan ini bertujuan agar peserta dapat menentukan kebutuhan mendesain struktur jaringan sesuai dengan kebutuhan untuk performasi jaringan, sekuriti / keamanan, kapasitas dan skalabilitas pada jaringan existing, dan dapat mengidentifikasi bagaimana membangun sebuah prototype yang sesuai dengan desain jaringan
Materi yang diberikan mencakup; Orientation (Khusus calon instruktur dari calon LA), CCNA – 1 : Networking Basics, CCNA – 2: Router and Routing Basics, CCNA – 3: Switching Basics and Intermediate Routing, dan CCNA – 4: WAN Technologies.

Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.500.000 105 10 Tentatif

Katalogisasi Berkomputer
Kebutuhan akan sistem pengelolaan informasi dan dokumentasi, serta pelayanan dokinfo secara cepat, tepat dan akurat merupakan tuntutan yang tak terelakkan lagi dewasa ini, seiring dengan munculnya budaya elektronik telah terjadi ledakan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana informasi yang dihasilkan begitu banyak dan tersebar, baik itu dalam bentuk elektronik maupun tulisan, namun tidak terdokumentasikan secara terpadu sehingga sulit untuk diakses. Proses pendokumentasian bahan pustaka dilakukan melalui proses pengolahan bahan pustaka baik secara manual dan elektronik, sehingga menghasilkan produk kegiatan dokumentasi berupa pangkalan data bibliografi. Program aplikasi software yang digunakan dalam pembuatan pangkalan data adalah CDS/ISIS versi Windows 1.5 Pelatihan ini akan dikonsentrasikan pada pengkatalogan secara komputerisasi sehingga dapat menghasilkan suatu desain format database bibliografi.
Materi yang diberikan mencakup, katalogisasi, deskripsi Subjek, klasifikasi, entri data elektronik, penelusuran Data, Shorting / indexing, dan Alih Media Hardcopy ke Digital
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 2.250.000 35 5 7-110 3-700 10-140

Preservasi dan Perawatan Dokumen
Limpahan cahaya dan kelembaban di alam Indonesia menyuburkan pertumbuhan serangga, jasad biota lainnya. Kondisi alam ini mempermudah pelapukan bahan pustaka baik secara kimiawi maupun biologi. Padahal, melestarikan dan merawat dokumen sama halnya dengan melestarikan warisan intelektual umat manusia yang terkandung di dalamnya. Program ini dirancang untuk para manajer menengah, staf perpustakaan, museum dan pusat arsip, serta mereka yang berprofesi sebagai filolog, arsiparis atau sejarawan.
Materi yang diberikan meliputi, kebijakan nasional pelestarian dokumen, bahan pustaka dan masalahnya, pengendalian Lingkungan, perlakuan koleksi, pelestarian dokumen digital, menyusun perencanaan dan klinik Pelestarian
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.000.000 14 2 14-15 3-400 1-200

Pembuatan Abstrak dan Indeks
Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini menyebabkan mudahnya mencari informasi baik yang ilmiah maupun yang non ilmiah. Kemudahan memperoleh informasi memberi dampak banyaknya informasi yang harus diseleksi agar sesuai dengan kebutuhan. Fenomena ini membuat pencari informasi menginginkan kemudahan, kecepatan dan aktualitas informasi yang diperoleh. Untuk itu diperlukan informasi dalam bentuk abstrak dan indeks guna menelaah dan menyeleksi informasi yang benar-benar dibutuhkan. Abstrak dan indeks dikenal sebagai salah satu sumber informasi yang efektif dan efisien dan membantu pencari informasi menemukan kembali informasi yang dibutuhkan yang terdapat dalam dokumen dengan cepat dan tepat. Program ini dirancang untuk pustakawan, peneliti, akademisi, dan pengelola publikasi ilmiah. Untuk meningkatkan kualitas pemahaman terhadap kaidah pembuatan abstrak dan indeks.
Materi yang diberikan mencakup pedoman pembuatan abstrak dan prinsip dasar pembuatan indeks.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.000.000 14 2 23-24 12-130 9-100 6-700

Knowledge Management untuk Organisasi
Knowledge dalam organisasi merupakan suatu kebutuhan karena knowledge dapat mengarahkan organisasi tersebut menjadi andal, tetap exist/berkesinambungan dan berdaya saing. Knowledge management menjadi amat penting karena dapat menunjukkan inisiatif dan prosedur pengelolaan yang jelas, mudah dimengerti dan komprehensif. Kemampuan untuk mengelola knowledge dan pengaruh dari knowledge akan mengarah pada pengayaan pendekatan knowledge management, metode pengelolaan, inisiatif, definisi dan prosedur. Knowledge management ditujukan untuk membuat organisasi belajar (learning organization) sehingga bekerja dan belajar merupakan hal yang sama dalam suatu institusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Materi yang diberikan mencakup, Pengelolaan Pengetahuan di Organisasi, Simulasi Explisit Knowledge, Pengenalan Learning Organization, Studi Kasus Aplikasi KM untuk Learning Organization, Konsep Knowledge Sharing, Simulasi Knowledge Sharing di Organisasi, Pengenalan Tool Knowledge Sharing dan Praktek Tool Knowledge Sharing.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.750.000 21 3 26-28 28-30 1-300 12-140

Creating Knowledge untuk Inovasi
Penerapan knowledge management dalam organisasi tidak hanya didukung oleh SDM yang berkualitas (memiliki informasi, pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan) dan teknologi informasi yang tepat guna, tetapi juga budaya berbagi knowledge. Faktor budaya memegang peranan penting yang mendukung proses penciptaan knowledge (creating knowlegde) organisasi dan keberhasilan knowledge management di organisasi. Adanya “creating knowledge” yang merupakan penerapan KM organisasi sekaligus membangun budaya “knowledge sharing” untuk menumbuhkan budaya inovasi di kalangan SDM sehingga diharapkan organisasi mempunyai kompetensi sebagai “the knowing organization”.
Perkembangan dari knowledge management organisasi yang komprehensif akan menjadikan organisasi tersebut berkembang menjadi organisasi yang berbasis knowledge yang lebih dikenal dengan istilah organizational knowledge management system (OKMS). Program pelatihan ini dirancang untuk organisasi baik yang bergerak di bidang bisnis, akademisi, lembaga riset, dan lain-lain untuk membangun budaya sharing dan penciptaan pengetahuan.
Materi yang diberikan mencakup, pengantar Organizational Knowledge Management System (OKMS); Model SECI (Socialization, Eksternalization, Combination, Internalization) Nonaka; Tools dalam Creating Knowledge dari tacit to tacit menggunakan sistem (Wiki dan DSS), Studi kasus Creating knowledge, model dan prototype creating knowledge dari learning organization menjadi knowing organization, dan Solution problem menuju inovasi.
Jadwal :
Biaya Jam Hari Waktu Maret April Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Des Rp 1.750.000 21 3 30-02 16-18 19-21
Untuk Promosi :
Seminar :
No Kegiatan Tanggal Waktu Biaya 1 Manajemen Sistem Dokumentasi dan Informasi 20 Agustus 2007 09.00-13.00 WIB Rp. 150.000,- 2 Pengembangan Organisasi melalui Penerapan Knowledge Management 3 Juli 2007 09.00-13.00 WIB Rp. 150.000,- 3 Perlindungan Kandungan Informasi melalui Preservasi dan Perawatan Dokumen 20 November 2007 09.00-13.00 WIB Rp 150.000,-

Modal Pengetahuan

Modal Pengetahuan
June 20, 2007 at 3:26 pm · Filed under Knowledge Management
Saat ini, teori Teknologi Informasi (TI) mencoba untuk menjual konsep Knowledge Management (KM). Dari sudut pandang TI, dinyatakan dengan mewujudkan suatu sistem yang dapat mendeteksi berbagai kreasi dari suatu organisasi pengetahuan baru dapat dengan mudah diidentifikasi, siapa orang yang membangun dan atau menguasi suatu pengetahuan yang berguna bagi orang lain, hal ini diwujudkan oleh TI dengan bagaimana caranya agar dapat diakses secara bebas dan cepat.
Dengan konsep database enterprise, yang terus di-update dengan pengetahuan-pengetahuan baru, dapat melayani kepada semua “knowledge workers” sebagai sumber referensi dimana mereka dapat melakukan konsultasi, asistensi, dan pencerahan terhadap pekerjaannya masing-masing.
Karl Albrecht, pada bukunya “The Power of Minds at Work”, menyampaikan bahwa pendekatan database untuk Knowledge Management sangat dimungkinkan untuk gagal dengan beberapa alasan yang sangat fundamental. Hal ini disebabkan dangkalnya pandangan masyarakat luas terhadap pemikiran dan ideologi mengenai “Digital”. Ditunjukkan dengan manusia diperlakukan sebagai elemen dari mesin informasi dalam organisasi pengetahuan dengan anggapan mereka dapat diprogram dan diberi perintah persis seperti elemen dari data.
Beberapa inisiatitor KM sebelumnya merasa frustasi dengan berbagai cara yang mereka lakukan untuk membangun organisasi pengetahuan, hal ini disebabkan karena kurangnya dorongan/rangsangan untuk mendokumentasikan/melaporkan pengetahuan yang didapatkan dari pekerjaan mereka sehari-hari.
Sebagaimana yang sering terjadi pada suatu organisasi TI yang bermula dari paradigma mekanistik. Disisi lain tantangan yang paling berat adalah pada budaya berbagi dibanding dengan teknis. Menurut Karl Albrecht, kita harus belajar dari para antropolog, sosiolog, sejarahwan, musisi, artis, dan penulis daripada kepada para teknokrat. Kita perlu menanyakan beberapa pertanyaan dasar seperti :
Bagaimana budayawan (primitif hingga saat ini) memiliki rasa untuk berbagi pengetahuan ?
Bagaimana mereka mengamankan ”icons” dan hasil budaya dari waktu ke waktu dan generasi secara turun temurun ?
Singkatnya, bagaimana mereka membangun pengetahuan yang dapat memberikan manfaat kepada kebudayaan ?

Data, Informasi, dan Pengetahuan

Archive for Knowledge Management
Data, Informasi, dan Pengetahuan
June 20, 2007 at 4:16 pm · Filed under Knowledge Management
Kita tentunya dapat membedakan dengan baik antara data, informasi, dan pengetahuan. Berikut ini definisinya :
Data : bagian paling dasar/kecil dari karya manusia. Data bersifat kaku. Merupakan representasi dari fakta yang ditemukan dalam aktivitas sehari-hari. Misal, uang dito hari ini = Rp. 350.000
Informasi : hasil pengolahan dari data yang dapat memberikan gambaran lebih jelas terhadap sesuatu. Informasi bersifat dinamis. Semua orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda pada suatu informasi. Misal, kondisi keuangan dito dalam seminggu meningkat sebanyak 480% padahal minggu yang lalu dia mengalami defisit sebesar 24%.
Pengetahuan : adalah informasi yang diinterpretasikan dan diintegrasikan. Pengetahuan berasal dari informasi yang diserap dalam akal pikiran seseorang. Pengetahuan bersifat transenden. Misal, sepanjang pengetahuan saya, dito tidak pernah memiliki uang lebih banyak dibandingkan arif.
Knowledge Management merupakan suatu paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap manusia. Maka dari itu perlu dibangun suatu mekanisme penyebaran informasi dan pengalaman dari sumber daya manuisa yang ada agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di dalam suatu organisasi.